ptik.umsida.ac.id — Penelitian yang dilakukan oleh Cindy Cahyaning Astuti SSi MSi, dosen Pendidikan Teknologi Informasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PTI Umsida), menemukan bahwa faktor kesehatan menjadi penentu paling dominan dalam meningkatkan minat mahasiswa Muslim membeli makanan halal. Studi ini menggunakan metode Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk mengukur pengaruh berbagai faktor terhadap minat beli halal food pada mahasiswa di Kabupaten Sidoarjo .
Mengapa Minat Beli Makanan Halal Penting Diteliti
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar dalam industri makanan halal. Hal ini turut berdampak pada meningkatnya wisata kuliner halal di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Sidoarjo. Namun, sejauh ini, belum banyak penelitian yang secara khusus mengukur minat mahasiswa sebagai konsumen terbesar dalam tren kuliner halal.
Lihat Juga: Meningkatkan Kualitas Pengajaran KKA Guru SMP: Pendalaman Pedagogik, TPACK, HOTS, dan Deep Learning
Menurut Cindy, halal food bukan hanya soal kepatuhan terhadap syariat Islam, tetapi juga menyangkut aspek kesehatan, kualitas, dan kepercayaan konsumen. “Konsumen saat ini lebih kritis, mereka ingin makanan yang tidak hanya halal secara syariat, tetapi juga aman, sehat, dan bernilai,” jelasnya.
Dalam penelitiannya, Cindy menyoroti lima faktor yang berpotensi memengaruhi minat mahasiswa membeli makanan halal, yaitu kesadaran halal, sertifikasi halal, kesehatan, bahan makanan, dan persepsi nilai. Kelima variabel ini diuji untuk mengetahui mana yang paling berpengaruh.
Kesehatan Jadi Faktor Paling Dominan
Melalui analisis PLS-SEM, penelitian ini menemukan bahwa empat faktor berpengaruh signifikan terhadap minat beli halal food, yakni kesadaran halal, sertifikasi halal, kesehatan, dan persepsi nilai. Sementara itu, variabel bahan makanan tidak memberikan pengaruh signifikan.
Dari keempat faktor yang berpengaruh, kesehatan menempati posisi paling dominan dengan nilai koefisien pengaruh sebesar 0,260. Artinya, semakin tinggi keyakinan mahasiswa bahwa makanan halal sehat dan mampu mencegah penyakit, semakin besar pula minat mereka untuk membelinya.
Selain itu, kesadaran halal dan sertifikasi halal juga menjadi faktor penting. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan dan keyakinan kuat tentang kehalalan suatu produk lebih tertarik untuk mengonsumsinya. Begitu pula dengan adanya label sertifikasi halal dari LPPOM MUI yang meningkatkan rasa aman konsumen.
Sementara itu, persepsi nilai yang meliputi kesesuaian harga dengan kualitas, rasa, serta pelayanan juga mendorong minat beli. Konsumen cenderung lebih tertarik pada makanan halal yang tidak hanya sehat, tetapi juga memiliki harga terjangkau dan pelayanan memadai.
“Dari hasil ini terlihat jelas bahwa kesehatan menjadi alasan utama mahasiswa memilih makanan halal. Namun, faktor lain seperti sertifikasi dan nilai juga penting untuk diperhatikan oleh pelaku usaha kuliner,” terang Cindy .
Implikasi Penelitian bagi Industri Kuliner Halal
Temuan penelitian ini memiliki implikasi luas bagi pelaku industri kuliner halal. Pertama, aspek kesehatan harus menjadi prioritas utama. Produsen makanan halal perlu memastikan bahwa produk yang ditawarkan tidak hanya memenuhi standar syariah, tetapi juga standar kesehatan dan kebersihan.
Kedua, sertifikasi halal menjadi nilai tambah penting. Label resmi dari lembaga berwenang seperti MUI meningkatkan kepercayaan konsumen, terutama mahasiswa yang semakin kritis terhadap keaslian klaim halal.
Ketiga, strategi pemasaran harus mampu menekankan nilai dan kualitas produk. Harga yang sepadan dengan cita rasa dan pelayanan akan semakin meningkatkan loyalitas konsumen.
Lihat Juga: Analisis Kebutuhan Media Pembelajaran untuk Mata Kuliah Pemrograman Berorientasi Objek di Prodi PTI Umsida
Cindy merekomendasikan agar penelitian serupa dilakukan pasca pandemi Covid-19, karena pandemi telah mengubah pola konsumsi masyarakat, termasuk dalam membeli makanan halal. “Kondisi pandemi membuat orang semakin peduli kesehatan. Akan menarik untuk melihat apakah faktor kesehatan menjadi semakin dominan dibandingkan faktor lain setelah pandemi,” ujarnya.
Dengan hasil penelitian ini, industri kuliner halal diharapkan dapat beradaptasi dan lebih fokus pada kebutuhan konsumen muda, khususnya mahasiswa. Sidoarjo dan daerah lain dengan populasi mahasiswa besar memiliki peluang untuk terus mengembangkan wisata kuliner halal yang sehat, aman, dan bernilai tinggi.
Penulis: Mutafarida