fomo

FOMO vs JOMO, Bagaimana Teknologi Mempengaruhi Kehidupan Sosial Kita?

ptik.umsida.ac.id – Di era digital, media sosial telah menjadi bagian dari keseharian kita. Dengan hanya beberapa kali geser layar, kita bisa melihat kehidupan orang lain dari perjalanan liburan mereka, pencapaian karier, hingga momen-momen menyenangkan yang mereka bagikan. Namun, fenomena ini juga memunculkan dua pola pikir yang bertolak belakang: FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out).

FOMO adalah perasaan takut ketinggalan momen yang dirasakan orang lain, yang sering kali membuat seseorang cemas dan tidak puas dengan hidupnya sendiri. Sebaliknya, JOMO adalah kepuasan karena bisa menikmati hidup tanpa merasa perlu selalu mengikuti apa yang dilakukan orang lain. Bagaimana kedua fenomena ini berkembang di era digital? Dan bagaimana teknologi berperan dalam membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia? Mari kita bahas lebih lanjut.

Ketika Media Sosial Membuat Kita Takut Ketinggalan

fomo

FOMO adalah dampak langsung dari perkembangan media sosial. Setiap hari, kita melihat unggahan tentang acara, pencapaian, atau pengalaman orang lain yang terlihat menyenangkan. Ini sering kali membuat kita merasa seolah-olah hidup kita kurang menarik dibandingkan mereka.Banyak orang yang mengalami FOMO menjadi lebih sering memeriksa media sosial, takut melewatkan sesuatu yang penting. Akibatnya, mereka justru kurang fokus pada kehidupan nyata dan lebih sibuk membandingkan diri dengan orang lain.

Dampak negatif FOMO meliputi:

  1. Kecemasan dan stres

Merasa kurang sukses atau kurang bahagia dibandingkan orang lain.

  1. Ketergantungan pada media sosial

Selalu ingin mengetahui apa yang dilakukan orang lain.

  1. Kurang menikmati momen sendiri

Sibuk memikirkan apa yang dilewatkan, bukan apa yang sedang dijalani.

Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial

JOMO adalah kebalikan dari FOMO. Jika FOMO membuat seseorang cemas karena takut tertinggal, JOMO justru mengajarkan kita untuk menikmati hidup tanpa membandingkan diri dengan orang lain.

Mereka yang mengadopsi JOMO tidak merasa perlu hadir di setiap acara atau mengikuti setiap tren. Sebaliknya, mereka lebih memilih aktivitas yang benar-benar mereka nikmati, seperti membaca buku, menghabiskan waktu dengan keluarga, atau sekadar bersantai tanpa merasa bersalah.

Manfaat JOMO antara lain:

  1. Mengurangi stres

Tidak merasa harus mengikuti standar sosial.

  1. Lebih fokus pada kebahagiaan sendiri

Menjalani hidup dengan cara yang lebih nyaman.

  1. Memilih interaksi yang lebih bermakna

Mengutamakan kualitas hubungan daripada kuantitas.

Teknologi Antara Memperburuk dan Membantu?

fomo

Teknologi memiliki peran besar dalam membentuk baik FOMO maupun JOMO. Media sosial, misalnya, dengan algoritmanya yang selalu menampilkan kehidupan “sempurna” orang lain, bisa memperburuk FOMO. Namun, di sisi lain, teknologi juga bisa menjadi alat untuk membantu kita lebih menikmati hidup dan menerapkan JOMO.

Bagaimana Teknologi Memperburuk FOMO?
  1. Algoritma media sosial yang membuat kita terus melihat kehidupan orang lain

Media sosial dirancang untuk membuat pengguna terus kembali dan menghabiskan waktu lebih lama di platform mereka. Ini sering kali membuat seseorang merasa harus terus mengikuti perkembangan teman-teman mereka.

  1. Tekanan untuk selalu ‘online’ dan merespons dengan cepat

Di era digital, banyak orang merasa wajib selalu membalas pesan dengan cepat atau selalu aktif di media sosial agar tidak dianggap ‘tidak gaul’.

  1. Standar kebahagiaan yang tidak realistis

Banyak unggahan yang hanya menampilkan sisi terbaik kehidupan seseorang, tanpa menunjukkan perjuangan atau kesulitannya. Ini bisa membuat orang lain merasa hidup mereka kurang sempurna.

Bagaimana Teknologi Bisa Membantu Menerapkan JOMO?
  1. Fitur digital detox dan mode fokus

Banyak aplikasi sekarang menyediakan fitur untuk membatasi penggunaan media sosial, seperti Screen Time di iPhone atau Digital Wellbeing di Android, yang membantu pengguna lebih sadar terhadap kebiasaan digital mereka.

  1. Aplikasi meditasi dan mindfulness

Aplikasi seperti Headspace dan Calm membantu orang lebih fokus pada diri sendiri dan mengurangi kecemasan akibat media sosial.

  1. Tren hidup minimalis digital

Semakin banyak orang yang mulai mengurangi konsumsi media sosial dan lebih memilih menikmati hidup secara langsung. Beberapa bahkan melakukan “social media detox” dengan menghapus aplikasi media sosial untuk sementara waktu.

Pada akhirnya, apakah kita akan terjebak dalam FOMO atau memilih menikmati hidup dengan JOMO bergantung pada bagaimana kita menggunakan teknologi. Jika digunakan dengan bijak, teknologi bisa membantu kita lebih sadar dalam menjalani kehidupan dan menikmati momen tanpa tekanan sosial. Namun, jika kita membiarkan media sosial mengontrol cara kita berpikir, kita bisa terus-menerus merasa kurang dan selalu membandingkan diri dengan orang lain.

Maka dari itu, penting untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi agar kita tetap terkoneksi dengan dunia, tanpa kehilangan kendali atas kebahagiaan kita sendiri.

 

Penulis : Anggita

Editor : Mutafarida