ptik.umsida.ac.id – Penelitian ini dilakukan oleh Fitria Nur Hasanah, dosen Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), bersama dengan Narendradewi Kusumastuti, dan Dita Primashanti Koesmadi dari PG-PAUD STKIP Modern Ngawi.
Apa dan Mengapa Bahasa Krama Inggil Penting?
Para peneliti mengungkap pentingnya penggunaan bahasa krama inggil dalam membentuk karakter sopan santun anak usia dini.
Bahasa ini, yang merupakan tingkat tertinggi dalam tata bahasa Jawa, berfungsi tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai penanda kesopanan, penghormatan, dan unggah-ungguh. Penanaman karakter melalui bahasa krama inggil menjadi semakin relevan di tengah tantangan globalisasi yang mengancam kelestarian nilai-nilai budaya lokal.
Metode dan Pendekatan yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus, melibatkan anak usia 5 tahun dan orang tua di Dusun Mutur, Desa Gunungan, Kartoharjo, Magetan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti berusaha memahami dinamika pembiasaan penggunaan bahasa krama inggil dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Hasil Penelitian: Apa yang Ditemukan?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiasaan bahasa krama inggil sejak dini berdampak signifikan pada pembentukan karakter sopan santun anak. Beberapa temuan utama adalah:
- Anak-anak yang terbiasa menggunakan bahasa krama inggil cenderung memiliki komunikasi yang sopan, menghormati lawan bicara, dan menunjukkan perilaku santun seperti mengucapkan salam, meminta izin, dan berterima kasih dengan istilah-istilah krama inggil.
- Orang tua memainkan peran kunci dalam membiasakan anak berbicara dengan bahasa krama inggil. Dengan menjadi teladan, mereka menunjukkan cara berbicara dan bersikap yang sopan.
- Faktor pendukung meliputi dukungan dari keluarga, guru, dan masyarakat yang juga menggunakan bahasa krama inggil dalam kehidupan sehari-hari.
- Kendala utama adalah semakin menipisnya pengguna bahasa krama inggil, khususnya di lingkungan yang lebih sering menggunakan bahasa Jawa ngoko.
Langkah Selanjutnya setelah Penelitian
Penelitian ini menegaskan pentingnya pembentukan karakter sopan santun sejak usia dini melalui bahasa krama inggil. Kesopanan anak dapat terlihat dari cara mereka berbicara dan berinteraksi. Dukungan keluarga, guru, dan lingkungan sangat diperlukan untuk memastikan pembiasaan ini berjalan efektif. Penanaman karakter ini tidak hanya membantu anak dalam kehidupan sosial tetapi juga menjadi bekal penting bagi masa depan mereka.
“Pembentukan karakter anak membutuhkan waktu dan dedikasi. Melalui pembiasaan bahasa krama inggil, generasi mendatang dapat mempertahankan nilai-nilai luhur budaya lokal yang menjadi identitas bangsa,” ujar Bu Fitri.
Kegiatan ini menjadi pengingat pentingnya sinergi antara pendidikan, keluarga, dan budaya dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berakhlak mulia.
Penulis: Mutafarida